Kamis, 03 Maret 2011

Kunci Surga



Ibarat sebuah pintu, surga membutuhkan sebuah kunci untuk membuka pintu-pintunya.
Namun, tahukah Anda apa kunci surga itu?
Bagi yang merindukan surga,
tentu akan berusaha mencari kuncinya walaupun harus mengorbankan nyawa.

Tetapi anda tak perlu gelisah, Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
telah menunjukkan pada umatnya apa kunci surga itu,
sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits yang mulia,
beliau bersabda (yang artinya):
“Barang siapa mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh
dengan penuh keikhlasan, maka dia akan masuk surga."
(HR. Imam Ahmad dengan sanad yang shohih)

Ternyata, kunci surga itu adalah Laa Ilaahaa Illalloh, 
 kalimat Tauhid yang begitu sering kita ucapkan.
Namun semudah itukah pintu surga kita buka?
Bukankah banyak orang yang siang malam
mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh
tetapi mereka masih meminta-minta (berdo’a dan beribadah) kepada selain Alloh,
percaya kepada dukun-dukun dan melakukan perbuatan syirik lainnya?
Akankah mereka ini juga bisa membuka pintu surga? Tidak mungkin!

Dan ketahuilah, yang namanya kunci pasti bergerigi.
Begitu pula kunci surga yang berupa Laa Ilaaha Illalloh itu,
ia pun memiliki gerigi. Jadi,
pintu surga itu hanya bisa dibuka oleh orang yang memiliki kunci yang bergerigi.

Al-Iman Al-Bukhori meriwayatkan dalam Shohih-nya (3/109),
bahwa seseorang pernah bertanya kepada Al-Imam Wahab bin Munabbih
(seorang Tabi’in terpercaya dari Shon’a yang hidup pada tahun 34-110 H):
“Bukankah Laa Ilaaha Illalloh itu kunci surga?
“Wahab menjawab: “Benar, akan tetapi setiap kunci yang bergerigi.
Jika engkau membawa kunci yang bergerigi,
maka pintu surga itu akan dibukakan untukmu!”

Lalu, apa gerangan gerigi kunci itu Laa Ilaaha Illalloh itu?
Ketahuilah, gerigi kunci Laa Ilaaha Illalloh itu adalah syarat-syarat Laa Ilaaha Illalloh!
Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qoshim Al-Hambali An-Najdi rahimahullah,
penyusun kitab Hasyiyyah Tsalatsatil Ushul, pada halaman 52 kitab tersebut menyatakan,  
syarat-syarat Laa Ilaaha Illalloh itu ada delapan, yaitu:

Pertama: Al-‘Ilmu (Mengetahui),
maksudnya adalah Anda harus mengetahui arti (makna) Laa Ilaaha Illalloh secara benar.
Adapun artinya adalah, “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh.”
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):
“Barang siapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh, niscaya dia akan masuk surga.” (HR. Muslim).
Seandainya Anda mengucapkan kalimat tersebut tetapi anda tidak mengerti maknanya,
maka ucapan atau persaksian tersebut tidak sah dan tidak ada faedahnya.

Kedua: Al-Yaqiinu (Meyakini),
maksudnya adalah anda harus menyakini secara pasti kebenaran kalimat Laa Ilaaha Illalloh tanpa ragu dan tanpa bimbang sedikitpun. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya): “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh dan aku adalah utusan Alloh. Tidaklah seorang hamba bertemu dengan Alloh sambil membawa dua kalimat syhadat tersebut tanpa ragu kecuali pasti dia akan masuk surga. (HR. Muslim)

Ketiga: Al-Qobulu (Menerima),
maksudnya Anda harus menerima segala tuntunan Laa Ilaaha Illalloh dengan senang hati, lisan dan perbuatan, tanpa menolak sedikitpun. Anda tidak boleh seperti orang-orang musyrik yang digambarkan oleh Alloh dalam Al-Qur’an (yang artinya): “Orang-orang yang musyrik itu apabila dikatakan kepada mereka, (ucapkanlah) Laa Ilaaha Illalloh, mereka menyombongkan diri seraya berkata, Apakah kita harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kita hanya karena ucapan penyair yang gila ini?" (QS. As-Shoffat: 35-36)

Keempat: Al-Inqiyaadu (Tunduk atau Patuh),
maksudnya Anda harus tunduk dan patuh melaksanakan tuntunan Laa Ilaaha Illalloh dalam amal-amal nyata. Alloh Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): “Kembalilah ke jalan Tuhanmu dan tunduklah kepada-Nya." (QS. Az-Zumar: 54). Alloh Ta’ala juga berfirman (yang artinya): “Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Alloh, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul (ikatan) tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa Ilaaha Illalloh). “(QS. Luqman: 22). Makna “menyerahkan dirinya kepada Alloh” yaitu tunduk, patuh dan pasrah kepada-Nya. (ed.)

Kelima: Ash-Shidqu (Jujur atau Benar),
maksudnya Anda harus jujur dalam melaksanakan tuntutan Laa Ilaaha Illalloh, yakni sesuai antara keyakinan hati dan amal nyata, tanpa disertai kebohongan sedikit pun. Nabi Shollallohu ‘Alahi wa Sallam bersabda (yang artinya): “Tidaklah seseorang itu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh dan Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya, dia mengucapkannya dengan jujur dari lubuk hatinya, melainkan pasti Alloh mengharamkan neraka atasnya." (HR. Imam Bukhori dan Muslim)

Keenam: Al-Ikhlas (Ikhlas atau Murni),
maksudnya Anda harus membersihkan amalan Anda dari noda-noda riya’ (amalan ingin dilihat dan dipuji oleh orang lain) dan berbagai amalan kesyirikan lainnya. Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Alloh mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illalloh semata-mata hanya untuk mengharapkan wajah Alloh 'Azza wa Jalla.“ (HR. Imam Bukhori dan Muslim)

Ketujuh: Al-Mahabbah (Mencintai),
maksudnya anda harus mencintai kalimat Tauhid, tuntunannya dan mencintai juga kepada orang-orang yang bertauhid dengan sepenuh hati, serta membenci segala perkara yang merusak Tauhid itu. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan di antara manusia ada yang membuat tandingan-tandingan (sekutu) selain Alloh yang dicintai layaknya mencintai Alloh. Sedangkan orang-orang yang beriman, sangat mencintai Alloh diatas segala-galanya." (QS. Al-Baqarah: 165). Dari sini kita tahu, Ahlut Tauhid mencintai Alloh dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan Ahlus Syirik mencintai Alloh dan mencintai Tuhan-Tuhan yang lainnya. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan isi kandungan Laa Ilaaha Illalloh. (ed.)

Kedelapan: Al-Kufru Bimaa Siwaahu (Mengingkari Sesembahan yang Lainnya),
maksudnya Anda harus mengingkari segala sesembahan selain Alloh, yakni tidak mempercayainya dan tidak menyembahnya dan juga Anda harus yakin bahwa seluruh sesembahan selain Alloh itu bathil dan tidak pantas disembah-sembah. Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyatakan (yang artinya): “Maka barang siapa mengingkari thoghut (sesembahan selain Alloh) dan hanya beriman kepada Alloh, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh pada ikatan tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa Ilaaha Illalloh), yang tidak akan putus…”
(QS. Al-Baqoroh: 256)

Saudaraku kaum muslimin dari sini dapatlah Anda ketahui, bahwa orang yang mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh hanya dengan lisannya tanpa memenuhi syarat-syaratnya, dia bagaikan orang yang memegang kunci tak bergerigi, sehingga mustahil baginya untuk membuka pintu surga, walaupun dia mengucapkannya lebih dari sejuta banyaknya. Karena itu perhatikanlah! Wallahu a’lam bish showab.

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua


  Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Wahai saudaraku muslim dan muslimah, jika kamu ingin berhasil di dunia dan akhirat maka kerjakanlah beberapa pesan sebagai berikut:

1. Berbicaralah kepada kedua orang tuamu dengan sopan santun, jangan mengucakan “ah” kepada mereka, jangan hardik mereka dan berkatalah kepada mereka dengan ucapan yang baik.

2. Taati selalu kedua orang tuamu selama tidak dalam maksiat karena tidak ada ketaatan pada makhluk yang bermaksiat kepada Allah.

3. Berlemah lembutlah kepada kedua orang tuamu, jangan bermuka masam di depannya dan janganlah memelototi mereka dengan marah.

4. Jaga nama baik, kehormatan dan harta benda kedua orang tua. Dan janganlah mengambil sesuatu pun tanpa seizin keduanya.

5. Lakukanlah hal-hal yang meringankan keduanya meski tanpa perintah seperti berkhidmat, membelikan beberapa keperluan dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu.

6. Musyawarahkan segala pekerjaanmu dengan orang tua dan mintalah maaf kepada mereka jika terpaksa kamu berselisih pendapat.

7. Segera penuhi panggilan mereka dengan wajah yang tersenyum sambil berkata: Ada apa, Bu! Atau: Ada apa, Pak!

8. Hormati kawan dan sanak kerabat mereka ketika mereka masih hidup dan sesudah mati.

9. Jangan bantah mereka dan jangan persalahkan mereka tapi usahakan dengan sopan kamu dapat menjelaskan yang benar.

10. Jangan kau bantah perintah mereka, jangan kamu keraskan suaramu atas mereka, dengarkanlah pembicaraannya, bersopan santunlah terhadap mereka dan jangan ganggu saudaramu untuk menghormati kedua orang tuamu.

11. Bangunlah jika kedua orang tuamu masuk ke tempatmu dan ciumlah kepala mereka.

12. Bantulah ibumu di rumah dan jangan terlambat membantu ayahmu di dalam pekerjaannya.

13. Jangan pergi jika mereka belum memberi izin meski untuk urusan penting, jika terpaksa harus pergi maka mintalah maaf kepada keduanya dan jangan sampai memutuskan surat menyurat dengannya.

14. jangan masuk ke tempat mereka kecuali setelah memdapat izin terutama pada waktu tidur dan istirahat mereka.

15. Jangan makan sebelum mereka dan hormatilah mereka dalam makanan dan minuman.

16. Jangan berbohong dengan mereka dan jangan cela mereka jika mereka berbuat yang tidak menarik anda.

17. Jangan utamakan isterimu atau anakmu atas mereka. Mintalah restu dan ridho dari mereka sebelum melakukan segala sesuatu karena ridho Allah terletak pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan mereka.

18. Jangan duduk di tempat yang lebih tinggi dari mereka dan jangan menselonjorkan kedua kakimu dengan congkak di depan mereka.

19. Jangan congkak terhadap nasib ayahmu meski engkau seorang pegawai besar dan usahakan tidak pernah mengingkari kebaikan mereka atau menyakiti mereka meski hanya dengan satu kata.

20. Jangan kikir untuk menginfakkan harta kepada mereka sampai mereka mengadu padamu dan itu merupakan kehinaan bagimu dan itu akan kamu dapatkan balasannya dari anak-anakmu. Apa yang kamu perbuat akan mendapat balasan.

21. Perbanyak melakukan kunjungan kepada kedua orang tua dan memberi hadiah, sampaikan terima kasih atas pendidikan dan jerih payah keduanya dan ambillah pelajaran dari anak-anakmu yaitu merasakan beratnya mendidik mereka.

22. Orang yang paling berhak mendapat penghormatan adalah ibumu, kemudian ayahmu. Ketahuilah bahwa surga ada di bawah telapak kaki ibu.

23. Usahakan untuk tidak menyakiti kedua orang tua dan menjadikan mereka marah sehingga kamu merana di dunia dan akhirat dan anak-anakmu akan memperlakukan kamu sebagaimana kamu memperlakukan kedua orang tuamu.

24. Jika meminta sesuatu dari kedua orang tuamu maka berlemah-lembutlah, berterima kasihlah atas pemberian mereka dan maafkan jika menolak permintaanmu serta jangan trelalu banyak meminta agar tidak mengganggu mereka.

25. Jika kamu sudah mempu mencari rizki maka bekerjalah dan bantulah kedua orang tuamu.

26. Kedua orang tuamu mempunyai hak atas kamu dan isterimu mempunyai hak atas kamu maka berilah hak mereka. Jika keduanya berselisih usahakan kamu pertemukan dan berilah masing-masing hadiah secara diam-diam.

27. Jika kedua orang tuamu bertengkar dengan isterimu maka bertindaklah bijaksana dan beri pengertian kepada isterimu bahwa kamu berpihak padanya jika ia benar, hanya kamu terpaksa harus merupakan penolong yang paling baik.

28. Jika kamu berselisih dengan kedua orang tua tentang perkawinan dan talak maka kembalikan pada hukum Islam karena hal itu merupakan penolong yang paling baik.

29. Do’a orang tua untuk kebaikan dan kejelekan diterima Allah maka hati-hatilah terhadap do’a dari kejelekan mereka .

30. Bersopan santunlah dengan orang, karena barangsiapa mencela orang tua seseorang maka orang tadi akan mencaci orang tuanya. Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

من الكبائر شتم الرجل والديه يسب أبا الرجل فيسب أباه ويسب أمه فيسب أمه.

“Diantara dosa-dosa besar adalah cacian seseorang terhadap kedua orang tuanya; mencaci ayah orang maka ia mencaci ayahnya sendiri, mencaci lbu orang maka ia mencaci ibunya sendiri.”

31. Kunjungilah kedua orang tuamu ketika masih hidup dan sesudah matinya, bersedekahlah atas nama mereka dan perbanyaklah do’a untuknya sambil berkata:

رب اغفر لي ولوالدي رب ارحمهما كما ربياني صغيرا.


Oleh: Syekh Mohammad Bin Jamel Zeeno.
BUKU BIMBINGAN ISLAM Untuk Pribadi Dan Masyarakat

Kunci Surga



Ibarat sebuah pintu, surga membutuhkan sebuah kunci untuk membuka pintu-pintunya.
Namun, tahukah Anda apa kunci surga itu?
Bagi yang merindukan surga,
tentu akan berusaha mencari kuncinya walaupun harus mengorbankan nyawa.

Tetapi anda tak perlu gelisah, Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
telah menunjukkan pada umatnya apa kunci surga itu,
sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits yang mulia,
beliau bersabda (yang artinya):
“Barang siapa mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh
dengan penuh keikhlasan, maka dia akan masuk surga."
(HR. Imam Ahmad dengan sanad yang shohih)

Ternyata, kunci surga itu adalah Laa Ilaahaa Illalloh, 
 kalimat Tauhid yang begitu sering kita ucapkan.
Namun semudah itukah pintu surga kita buka?
Bukankah banyak orang yang siang malam
mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh
tetapi mereka masih meminta-minta (berdo’a dan beribadah) kepada selain Alloh,
percaya kepada dukun-dukun dan melakukan perbuatan syirik lainnya?
Akankah mereka ini juga bisa membuka pintu surga? Tidak mungkin!

Dan ketahuilah, yang namanya kunci pasti bergerigi.
Begitu pula kunci surga yang berupa Laa Ilaaha Illalloh itu,
ia pun memiliki gerigi. Jadi,
pintu surga itu hanya bisa dibuka oleh orang yang memiliki kunci yang bergerigi.

Al-Iman Al-Bukhori meriwayatkan dalam Shohih-nya (3/109),
bahwa seseorang pernah bertanya kepada Al-Imam Wahab bin Munabbih
(seorang Tabi’in terpercaya dari Shon’a yang hidup pada tahun 34-110 H):
“Bukankah Laa Ilaaha Illalloh itu kunci surga?
“Wahab menjawab: “Benar, akan tetapi setiap kunci yang bergerigi.
Jika engkau membawa kunci yang bergerigi,
maka pintu surga itu akan dibukakan untukmu!”

Lalu, apa gerangan gerigi kunci itu Laa Ilaaha Illalloh itu?
Ketahuilah, gerigi kunci Laa Ilaaha Illalloh itu adalah syarat-syarat Laa Ilaaha Illalloh!
Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qoshim Al-Hambali An-Najdi rahimahullah,
penyusun kitab Hasyiyyah Tsalatsatil Ushul, pada halaman 52 kitab tersebut menyatakan,  
syarat-syarat Laa Ilaaha Illalloh itu ada delapan, yaitu:

Pertama: Al-‘Ilmu (Mengetahui),
maksudnya adalah Anda harus mengetahui arti (makna) Laa Ilaaha Illalloh secara benar.
Adapun artinya adalah, “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh.”
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):
“Barang siapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh, niscaya dia akan masuk surga.” (HR. Muslim).
Seandainya Anda mengucapkan kalimat tersebut tetapi anda tidak mengerti maknanya,
maka ucapan atau persaksian tersebut tidak sah dan tidak ada faedahnya.

Kedua: Al-Yaqiinu (Meyakini),
maksudnya adalah anda harus menyakini secara pasti kebenaran kalimat Laa Ilaaha Illalloh tanpa ragu dan tanpa bimbang sedikitpun. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya): “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh dan aku adalah utusan Alloh. Tidaklah seorang hamba bertemu dengan Alloh sambil membawa dua kalimat syhadat tersebut tanpa ragu kecuali pasti dia akan masuk surga. (HR. Muslim)

Ketiga: Al-Qobulu (Menerima),
maksudnya Anda harus menerima segala tuntunan Laa Ilaaha Illalloh dengan senang hati, lisan dan perbuatan, tanpa menolak sedikitpun. Anda tidak boleh seperti orang-orang musyrik yang digambarkan oleh Alloh dalam Al-Qur’an (yang artinya): “Orang-orang yang musyrik itu apabila dikatakan kepada mereka, (ucapkanlah) Laa Ilaaha Illalloh, mereka menyombongkan diri seraya berkata, Apakah kita harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kita hanya karena ucapan penyair yang gila ini?" (QS. As-Shoffat: 35-36)

Keempat: Al-Inqiyaadu (Tunduk atau Patuh),
maksudnya Anda harus tunduk dan patuh melaksanakan tuntunan Laa Ilaaha Illalloh dalam amal-amal nyata. Alloh Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): “Kembalilah ke jalan Tuhanmu dan tunduklah kepada-Nya." (QS. Az-Zumar: 54). Alloh Ta’ala juga berfirman (yang artinya): “Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Alloh, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul (ikatan) tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa Ilaaha Illalloh). “(QS. Luqman: 22). Makna “menyerahkan dirinya kepada Alloh” yaitu tunduk, patuh dan pasrah kepada-Nya. (ed.)

Kelima: Ash-Shidqu (Jujur atau Benar),
maksudnya Anda harus jujur dalam melaksanakan tuntutan Laa Ilaaha Illalloh, yakni sesuai antara keyakinan hati dan amal nyata, tanpa disertai kebohongan sedikit pun. Nabi Shollallohu ‘Alahi wa Sallam bersabda (yang artinya): “Tidaklah seseorang itu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh dan Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya, dia mengucapkannya dengan jujur dari lubuk hatinya, melainkan pasti Alloh mengharamkan neraka atasnya." (HR. Imam Bukhori dan Muslim)

Keenam: Al-Ikhlas (Ikhlas atau Murni),
maksudnya Anda harus membersihkan amalan Anda dari noda-noda riya’ (amalan ingin dilihat dan dipuji oleh orang lain) dan berbagai amalan kesyirikan lainnya. Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Alloh mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illalloh semata-mata hanya untuk mengharapkan wajah Alloh 'Azza wa Jalla.“ (HR. Imam Bukhori dan Muslim)

Ketujuh: Al-Mahabbah (Mencintai),
maksudnya anda harus mencintai kalimat Tauhid, tuntunannya dan mencintai juga kepada orang-orang yang bertauhid dengan sepenuh hati, serta membenci segala perkara yang merusak Tauhid itu. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan di antara manusia ada yang membuat tandingan-tandingan (sekutu) selain Alloh yang dicintai layaknya mencintai Alloh. Sedangkan orang-orang yang beriman, sangat mencintai Alloh diatas segala-galanya." (QS. Al-Baqarah: 165). Dari sini kita tahu, Ahlut Tauhid mencintai Alloh dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan Ahlus Syirik mencintai Alloh dan mencintai Tuhan-Tuhan yang lainnya. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan isi kandungan Laa Ilaaha Illalloh. (ed.)

Kedelapan: Al-Kufru Bimaa Siwaahu (Mengingkari Sesembahan yang Lainnya),
maksudnya Anda harus mengingkari segala sesembahan selain Alloh, yakni tidak mempercayainya dan tidak menyembahnya dan juga Anda harus yakin bahwa seluruh sesembahan selain Alloh itu bathil dan tidak pantas disembah-sembah. Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyatakan (yang artinya): “Maka barang siapa mengingkari thoghut (sesembahan selain Alloh) dan hanya beriman kepada Alloh, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh pada ikatan tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa Ilaaha Illalloh), yang tidak akan putus…”
(QS. Al-Baqoroh: 256)

Saudaraku kaum muslimin dari sini dapatlah Anda ketahui, bahwa orang yang mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh hanya dengan lisannya tanpa memenuhi syarat-syaratnya, dia bagaikan orang yang memegang kunci tak bergerigi, sehingga mustahil baginya untuk membuka pintu surga, walaupun dia mengucapkannya lebih dari sejuta banyaknya. Karena itu perhatikanlah! Wallahu a’lam bish showab.

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua


  Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Wahai saudaraku muslim dan muslimah, jika kamu ingin berhasil di dunia dan akhirat maka kerjakanlah beberapa pesan sebagai berikut:

1. Berbicaralah kepada kedua orang tuamu dengan sopan santun, jangan mengucakan “ah” kepada mereka, jangan hardik mereka dan berkatalah kepada mereka dengan ucapan yang baik.

2. Taati selalu kedua orang tuamu selama tidak dalam maksiat karena tidak ada ketaatan pada makhluk yang bermaksiat kepada Allah.

3. Berlemah lembutlah kepada kedua orang tuamu, jangan bermuka masam di depannya dan janganlah memelototi mereka dengan marah.

4. Jaga nama baik, kehormatan dan harta benda kedua orang tua. Dan janganlah mengambil sesuatu pun tanpa seizin keduanya.

5. Lakukanlah hal-hal yang meringankan keduanya meski tanpa perintah seperti berkhidmat, membelikan beberapa keperluan dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu.

6. Musyawarahkan segala pekerjaanmu dengan orang tua dan mintalah maaf kepada mereka jika terpaksa kamu berselisih pendapat.

7. Segera penuhi panggilan mereka dengan wajah yang tersenyum sambil berkata: Ada apa, Bu! Atau: Ada apa, Pak!

8. Hormati kawan dan sanak kerabat mereka ketika mereka masih hidup dan sesudah mati.

9. Jangan bantah mereka dan jangan persalahkan mereka tapi usahakan dengan sopan kamu dapat menjelaskan yang benar.

10. Jangan kau bantah perintah mereka, jangan kamu keraskan suaramu atas mereka, dengarkanlah pembicaraannya, bersopan santunlah terhadap mereka dan jangan ganggu saudaramu untuk menghormati kedua orang tuamu.

11. Bangunlah jika kedua orang tuamu masuk ke tempatmu dan ciumlah kepala mereka.

12. Bantulah ibumu di rumah dan jangan terlambat membantu ayahmu di dalam pekerjaannya.

13. Jangan pergi jika mereka belum memberi izin meski untuk urusan penting, jika terpaksa harus pergi maka mintalah maaf kepada keduanya dan jangan sampai memutuskan surat menyurat dengannya.

14. jangan masuk ke tempat mereka kecuali setelah memdapat izin terutama pada waktu tidur dan istirahat mereka.

15. Jangan makan sebelum mereka dan hormatilah mereka dalam makanan dan minuman.

16. Jangan berbohong dengan mereka dan jangan cela mereka jika mereka berbuat yang tidak menarik anda.

17. Jangan utamakan isterimu atau anakmu atas mereka. Mintalah restu dan ridho dari mereka sebelum melakukan segala sesuatu karena ridho Allah terletak pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan mereka.

18. Jangan duduk di tempat yang lebih tinggi dari mereka dan jangan menselonjorkan kedua kakimu dengan congkak di depan mereka.

19. Jangan congkak terhadap nasib ayahmu meski engkau seorang pegawai besar dan usahakan tidak pernah mengingkari kebaikan mereka atau menyakiti mereka meski hanya dengan satu kata.

20. Jangan kikir untuk menginfakkan harta kepada mereka sampai mereka mengadu padamu dan itu merupakan kehinaan bagimu dan itu akan kamu dapatkan balasannya dari anak-anakmu. Apa yang kamu perbuat akan mendapat balasan.

21. Perbanyak melakukan kunjungan kepada kedua orang tua dan memberi hadiah, sampaikan terima kasih atas pendidikan dan jerih payah keduanya dan ambillah pelajaran dari anak-anakmu yaitu merasakan beratnya mendidik mereka.

22. Orang yang paling berhak mendapat penghormatan adalah ibumu, kemudian ayahmu. Ketahuilah bahwa surga ada di bawah telapak kaki ibu.

23. Usahakan untuk tidak menyakiti kedua orang tua dan menjadikan mereka marah sehingga kamu merana di dunia dan akhirat dan anak-anakmu akan memperlakukan kamu sebagaimana kamu memperlakukan kedua orang tuamu.

24. Jika meminta sesuatu dari kedua orang tuamu maka berlemah-lembutlah, berterima kasihlah atas pemberian mereka dan maafkan jika menolak permintaanmu serta jangan trelalu banyak meminta agar tidak mengganggu mereka.

25. Jika kamu sudah mempu mencari rizki maka bekerjalah dan bantulah kedua orang tuamu.

26. Kedua orang tuamu mempunyai hak atas kamu dan isterimu mempunyai hak atas kamu maka berilah hak mereka. Jika keduanya berselisih usahakan kamu pertemukan dan berilah masing-masing hadiah secara diam-diam.

27. Jika kedua orang tuamu bertengkar dengan isterimu maka bertindaklah bijaksana dan beri pengertian kepada isterimu bahwa kamu berpihak padanya jika ia benar, hanya kamu terpaksa harus merupakan penolong yang paling baik.

28. Jika kamu berselisih dengan kedua orang tua tentang perkawinan dan talak maka kembalikan pada hukum Islam karena hal itu merupakan penolong yang paling baik.

29. Do’a orang tua untuk kebaikan dan kejelekan diterima Allah maka hati-hatilah terhadap do’a dari kejelekan mereka .

30. Bersopan santunlah dengan orang, karena barangsiapa mencela orang tua seseorang maka orang tadi akan mencaci orang tuanya. Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

من الكبائر شتم الرجل والديه يسب أبا الرجل فيسب أباه ويسب أمه فيسب أمه.

“Diantara dosa-dosa besar adalah cacian seseorang terhadap kedua orang tuanya; mencaci ayah orang maka ia mencaci ayahnya sendiri, mencaci lbu orang maka ia mencaci ibunya sendiri.”

31. Kunjungilah kedua orang tuamu ketika masih hidup dan sesudah matinya, bersedekahlah atas nama mereka dan perbanyaklah do’a untuknya sambil berkata:

رب اغفر لي ولوالدي رب ارحمهما كما ربياني صغيرا.


Oleh: Syekh Mohammad Bin Jamel Zeeno.
BUKU BIMBINGAN ISLAM Untuk Pribadi Dan Masyarakat