Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, Ia belajar untuk menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan Ia belajar menjadi percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian Ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, Ia belajar keadilan Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, Ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, Ia belajar menyenangi dirinya Jika anak dibesarkan dengan cinta kasih sayang dan persahabatan Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Kehidupan keluarga menjadi sumber inspirasi utama proses pembelajaran seorang anak dalam menemukan,
membentuk dan mendesain kepribadian. Dinamika kehidupan keluarga akan menjadi ruh bagi terbentuknya frame of personality.
Dari keluarga inilah anak menginternalisasikan nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan yang nantinya akan digunakan sebagai alat berinteraksi dengan orang-orang di luar keluarganya. Sampai dengan titik ini dapat diambil suatu pemahaman bahwa baik buruknya kualitas kehidupan keluarga akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. Anak akan belajar dari apa yang Ia dengar, apa yang Ia lihat dan apa yang Ia rasakan dalam keluarganya, untuk selanjutnya Ia internalisasikan dan implementasikan dalam perilaku kesehariannya.
Dengan kata lain Bila Ia mendengar hal-hal yang Indah dari keluarganya, Ia pun akan berperilaku elok, santun dan lembut. Sebaliknya jika yang Ia dengar dan Ia lihat adalah kekerasan maka anak pun akan memperlihatkan kekerasan, agresifitas dan perilaku-perilaku negative lainnya.
Dengan Cinta Kita Bicara.
Cinta adalah bahasa yang paling universal dalam pengasuhan dan pendidikan anak-anak. Sebab cinta merupakan amunisi jiwa yang sangat dahsyat yang mampu mengalahkan kedahsyatan topan tornado maupun ganasnya luapan lahar gunung merapi. Atas nama cinta, banyak orang (ibu) yang rela berkorban demi kemuliaan hidup anak-anaknya.
Cinta adalah bahasa yang paling universal dalam pengasuhan dan pendidikan anak-anak. Sebab cinta merupakan amunisi jiwa yang sangat dahsyat yang mampu mengalahkan kedahsyatan topan tornado maupun ganasnya luapan lahar gunung merapi. Atas nama cinta, banyak orang (ibu) yang rela berkorban demi kemuliaan hidup anak-anaknya.
Apakah Cinta ?
Dalam perspektif
psikologi, cinta diidentifikasikan sebagai energi kehidupan positif yang
bersifat afektif (emosi) . Energi cinta akan membawa seseorang pada
perilaku yang positip, karena dalam cinta tersebut terkandung
unsur-unsur positip seperti keikhlasan, kesabaran, kasih sayang,
ketabahan, kejujuran, kepercayaan dan kesunguhsungguhan. Ketika energi
cinta ini diimplemetasikan dalam mendidik anak-anak, maka orang tua
harus berlaku ikhlas (lahir dan bathin), sabar dan penuh kasih sayang.
Kasih sayang dalam kontek ini tidak berarti harus selalu memberi atau
menuruti semua kehendak anak, tetapi mempertegas sikap untuk memberi pelajaran pada anak bahwa tidak setiap keinginan atau kehendak itu harus terpenuhi. Ketegasan tidak sama dengan kekerasan !! Dunia anak-anak jauh sangat berbeda dengan dunianya orang tua/dewasa.
menuruti semua kehendak anak, tetapi mempertegas sikap untuk memberi pelajaran pada anak bahwa tidak setiap keinginan atau kehendak itu harus terpenuhi. Ketegasan tidak sama dengan kekerasan !! Dunia anak-anak jauh sangat berbeda dengan dunianya orang tua/dewasa.
Banyak hal yang
berbeda bahkan bertolak belakang diantara keduanya. Kenyataan ini sering
membuat orang tua tidak sabar dan tidak tabah dalam mengsuh/mendidik
putra-putrinya. Ketidaksabaran dan ketidaktabahan ini menimbulkan
konflik yang sering memicu timbulnya kemarahan, sehingga cinta yang
semestinya menjadi energi positif berubah menjadi energi destruktif yang
merusak sendi-sendi harmoni cinta antara orang tua dan anak-anaknya
Oleh
karena itu memelihara cinta sebagai amunisi jiwa adalah merupakan kata
kunci untuk membangun kejujuran, kepercayaan dan kesungguhan dalam
“gerakan” mendidik dan mengasuh anak-anak tercinta.
Bagaimana Memelihara
Cinta ?
Sebagaimana sebuah tanaman, Cinta juga memerlukan pemeliharan
yang baik agar tumbuh subur, berbunga indah dan berbuah lebat. Tanaman
perlu dipupuk dengan pupuk organic untuk menjaga kesuburannya, maka
cinta juga perlu disuburkan dengan pupuk-pupuk rohaniah. Diantara pupuk
yang paling mujarap untuk menjaga kesuburan cinta adalah menumbuhkan
rasa saling mengerti. Orang tua harus mencoba belajar memahami dunia
anak-anak.
Anak-anak bukan merupakan manusia dewasa dalam bentuk mini.
Artinya jangan memeperlakukan anak-anak seperti kita memeperlakukan
orang dewasa. Anak mempunyai dunianya yang khas, yang sangat berbeda
dengan dunia kita. Dunia anak-anak adalah berekplorasi, berekperimen
mencari tahu dan menemukan sesuatu yang sesuai dengan frame of reference
mereka yang masih sangat simple. Bermain bagi seorang anak adalah
aktivitas pencarian untuk menemukan apa yang sedang ia cari. Sedangkan
bermain bagi orang dewasa adalah
refressing untuk menyegarkan jiwa raga setelah bergelut dengan padatnya pekerjaan. Dunia orang dewasa adalah dunia bekerja, dunia tanggung jawab yang menuntut kerja keras dan nilai-nilai pertanggungjawaban. Dimana semua itu akan bermuara pada terbentuknya rasa ukhuwah atau persaudaraan yang lebih kuat dan lebih baik. Persaudaraan yang kokoh adalah muara akhir dari energi cinta. Kesuburan cinta harus pula ditingkatkan dengan doa. Ketulusan dan keikhlasan doa merupakan jembatan bagi manusia untuk membentuk kehidupan jiwa yang khusuk, jiwa yang tawadu, konaah dan istiqomah , dimana semua itu akan menuntun terwujutnya perilaku yang halus sebagai wujut kematangan jiwa. Doa adalah intinya ibadah, di dalam doa termuat muatan cinta yang tidak terbatas. Maka berdoalah anda maka anda akan menjadi orang kaya dengan cinta. Doa akan menuntun manusia untuk mengakui bahwa dirinya adalah doif, lemah dan penuh ketidakberdayaan. Ketidak berdayaan inilah yang mendorong manusia untuk bersama membangun kekuatan yang namanya Cinta
refressing untuk menyegarkan jiwa raga setelah bergelut dengan padatnya pekerjaan. Dunia orang dewasa adalah dunia bekerja, dunia tanggung jawab yang menuntut kerja keras dan nilai-nilai pertanggungjawaban. Dimana semua itu akan bermuara pada terbentuknya rasa ukhuwah atau persaudaraan yang lebih kuat dan lebih baik. Persaudaraan yang kokoh adalah muara akhir dari energi cinta. Kesuburan cinta harus pula ditingkatkan dengan doa. Ketulusan dan keikhlasan doa merupakan jembatan bagi manusia untuk membentuk kehidupan jiwa yang khusuk, jiwa yang tawadu, konaah dan istiqomah , dimana semua itu akan menuntun terwujutnya perilaku yang halus sebagai wujut kematangan jiwa. Doa adalah intinya ibadah, di dalam doa termuat muatan cinta yang tidak terbatas. Maka berdoalah anda maka anda akan menjadi orang kaya dengan cinta. Doa akan menuntun manusia untuk mengakui bahwa dirinya adalah doif, lemah dan penuh ketidakberdayaan. Ketidak berdayaan inilah yang mendorong manusia untuk bersama membangun kekuatan yang namanya Cinta
Antara Ketegasan dan Kekerasan
Tidak ada satupun alasan pembenar yang dapat membenarkan tindak kekerasan pada anak untuk sebuah metode pendidikan. Kekerasan akan meninggalkan dendam dan kebencian. Yang dianjurkan adalah menggunakan pendekatan ketegasan.
Tegas berarti aseritif, yaitu membiasakan disiplin untuk
melatih bertanggungjawab. Ketegasan memang sering berimplikasi pada
suatu suasana yang tidak menyenangkan bagi anak-anak. Namun selama
ketegasan itu kita komunikasikan secara terbuka (tidak didasari oleh ego
kekuasaan sebagai orang tua), maka lambat laun anak akan mengerti
mengapa saya “dipaksa” bigini atau begitu” oleh ayah/ibu saya.
Oleh
karena itu konsep ketegasan ini harus selalu diiringi dengan
pemberlakuan prinsip reward and punishment. Dengan demikian ketegasan
tidak meninggalkan jejak dendam dan kebencian, sebaliknya meninggalkan
kesan tentang perlunya tanggungjawab dan kedisiplinan. Cinta memang
butuh ketegasan. Love your child forever, so they make be you
understanding. Love is miracle !! Love is power and love is future !