Kita semua tahu bahwa jalan terakhir dari sebuah perbuatan salah adalah menebus kesalahan tersebut dengan sebuah kebaikan yang tidak perna putus. Atau, dengan kata yang lebih terkenal adalah melakukan taubatan nasuha. Tidak jarang kita mendengar orang yang dulunya seorang bajingan kini menjadi alim ulama, atau ada juga orang yang dulunya alim dan besar dipesantren tapi malah terjerumus dalam dunia hitam.
karena dalam suatu dosa ada dua hak: hak Allah SWT dan hak manusia. Maka taubat dari dosa itu adalah dengan meminta maaf kepada manusia karena hak orang itu atasnya; dan dengan menyesali perbuatan itu untuk menghapus dosa di hadapan Allah SWT, karena hak Allah SWT atasnya.
Syukur-syukur bisa melakukan taubat kecuali amal kebaikan dengan tanggungan dosa keburukan. (Hadits diriwayatkan oleh Bukhari) sebelum ajal memanggil bagaimana jika tidak ???
"Barangsiapa yang telah melakukan kezaliman kepada saudaranya, baik harta maupun harga diri, maka pada hari ini hendaklah ia meminta dibebaskan, sebelum datang hari tidak berguna padanya dinar dan dirham, kecuali amal kebaikan dengan tanggungan dosa keburukan. (Hadits diriwayatkan oleh Bukhari)
Sering kita bertanya bagaimana hal itu bisa terjadi atau menimpa mereka yang seyogya nya anak “baik-baik”. Kasihan, mungkin itulah kata yang terlontar dari mulut kita. Tapi pernahkah kita bertanya mengapa atau pernahkah kita mencari tahu sebab musababnya. Pada dasarnya, nafsu dan harga diri berhubungan erat. Terlebih lagi jika iman sudah mulai menipis dan hanya tinggal sisa-sisa. Harga diri, adalah sebuah hal yang sangat urgent bagi setiap makhluk yang bernama manusia. Dan hal ini, dimanfaatkan dengan baik oleh syaitan sehingga bisa dicemari oleh nafsu. Hasilnya? Tentu saja sebuah kesombongan luar biasa dan sebuah kekhwatiran yang tidak beralang.
Banyaknya manusia yang terjebak dalam jaman disebabkan karena mereka merasa bahwa ada harga yang harus dikorbankan. Dan bila harga itu dikorbankan maka ia merasa bahwa dunianya telah hilang. Asstaghbirullah.. Inilah biang kerok mengapa begitu banyak manusia susah untuk bertobat. Pada dasarnya taubat itu sangat mudah, semudah kita melafalkan syahadat. Tapi, bila telah di antukkan dengan kenyataan maka hal tersebutlah sebuah kenyataan pahit.
Banyak yang takut bertobat karena takut kehilangan teman mainnya, dunia malamnya, prestige nya hilang karena ia berjenggot. Bagi mereka, itulah sebuah harga diri yang tidak pantas dibuang. Ukurannya pun adalah dunia pergaulan. Berapa banyak yang bangga dengan apa yang pakainya, dengan siapa ia berteman, dimana ia kuliah, dan kemana jika bergaul, Itulah yang terkadang menjadi ukuran harga diri.
Maka hendaklah kita bertaubat, sebelum godaan/cobaan tersebut datang kepada diri kita. Allah S.W.T akan selalu membuka pintu taubat nya untuk semua orang termasuk diri kita sendiri.
“Dan terhadap orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (at taubah 118)
Jika demikian manakah yang terpenting diantara keduanya. Tak bisakah kita terus dan terus mengalahkan sesuatu yang memang seharusnya dikalahkan. Harga diri tentu saja penting, tapi harga diri yang bagaimanakah yang ingin dibentuk? Salah kaprah mengenai pengertian harga diri dan salah kaprah dalam penempatan inilah yang selalu menjadi masalah. Negeri ini, mungkin saja sudah salah kaprah mengenai harga dirinya. Negeri ini, berpikir bahwa dengan mengirim aurat mungkin bisa mengangkat harkat derajat tapi apa yang didapat. jika ditanya manakah yang terpenting, silahkan anda jawab sendiri. Karena orang yang bertaubat adalah orang yang berani mengambil keputusan. Jangan pernah berpikir untuk bertaubat jika jiwa anda adalah jiwa seorang pengecut. Ibarat pemimpi yang hanya berani untuk bermimpi tidak pernah berpikir untuk menjadikannya nyata, sekarang tinggal kita masing - masing gimana menanggapinya.
0 Kritik:
Posting Komentar